Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Dari pulau–pulau tersebutlah menghasilkan banyak sumber daya alam karena di setiap pulau berbeda akan kekayaan sumber daya alamnya. Namun, penyebaran penduduk di Indonesia belum merata khususnya di Pulau Sulawesi, Sumatera, Kalimantan, dan Papua, penduduknya tidak sepadat di Jawa. Program transmigrasi pun banyak dilakukan oleh pihak pemerintah untuk masyarakatnya, guna untuk pemerataan penduduk.
Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya kaya dan menghasilkan produk–produk yang berkualitas. Tentu yang seharusnya produk Indonesia itu menjadi tuan rumahnya di negeri sendiri. Namun, banyaknya monopoli dunia, produk luar negeri lebih memegang peranan pasar sehingga menjadikan minat masyarakat cenderung ke produk luar negeri.
Tingginya serbuan impor, terlihat dari tingginya prosentase pertumbuhan nilai impor dibanding ekspor. Data terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sepanjang semester I/2010, impor non migas tumbuh 46,52% atau setara USD46,77 Miliar dari total impor yang meningkat 51,99% setara USD62,89 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara ekspor non migas hanya tumbuh 38,37% setara USD59,36 miliar dari total ekspor 44,83% atau USD72,52 miliar.
Dalam periode yang sama, nilai impor berdasar golongan penggunaan barang mengalami peningkatan untuk semua golongan. Impor barang konsumsi misalnya, meningkat sebesar 61,14%, bahan baku/penolong sebesar 55,90%, dan barang modal sebesar 35,91%.
Terlepas dari tingginya impor, upaya pemerintah mendorong masyarakat domestik memilih barang/jasa produk dalam negeri sendiri sepertinya belum mampu berbuat banyak. Penerapan regulasi agar penggunaan produk dalam negeri terdongkrak, bahkan melalui program-program seperti 'Aku Cinta Produk Indonesia' tampaknya masih sulit direalisasikan.
Dalam periode yang sama, nilai impor berdasar golongan penggunaan barang mengalami peningkatan untuk semua golongan. Impor barang konsumsi misalnya, meningkat sebesar 61,14%, bahan baku/penolong sebesar 55,90%, dan barang modal sebesar 35,91%.
Terlepas dari tingginya impor, upaya pemerintah mendorong masyarakat domestik memilih barang/jasa produk dalam negeri sendiri sepertinya belum mampu berbuat banyak. Penerapan regulasi agar penggunaan produk dalam negeri terdongkrak, bahkan melalui program-program seperti 'Aku Cinta Produk Indonesia' tampaknya masih sulit direalisasikan.
saat ini telah hadir seorang putra bugis yang mempunyai ide cemerlang, sehingga menciptakan Mesin Pemanen Padi yang dapat membantu masyarakat untuk memproduksi hasil pangangnya dengan menggunakan Mesin Pemanen Padi Chandue. Mesint tersebut mempunyai kelebihan yaitu bisa beroperasi di lahan yang becek atau berlumpur yang tidak bisa dilakukan oleh mesin pemanen padi lainnya.
untuk itu di butuhkan perhatian lebih pemerintah agar pengusaha lokal bisa mengembangkan dan meningkatkan produksinya, sehingga bisa bersaing di Negeri Sendiri dari produk luar negeri. Jaya terus Pengusaha Lokal
untuk itu di butuhkan perhatian lebih pemerintah agar pengusaha lokal bisa mengembangkan dan meningkatkan produksinya, sehingga bisa bersaing di Negeri Sendiri dari produk luar negeri. Jaya terus Pengusaha Lokal
0 komentar:
Post a Comment