assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
apa kabara sobat Putra Sawitto?? kali ini saya akan mencoba memposting sebuah kisah yaitu Kepulangan La Galigo Ke Cina Dan terpikatnya kepada I Da’Batangeng
Pada waktu tengah malam buta, I Da’batangeng diantarkan pulang ke kampung halamannya di cina rilau.
Pada keesokan paginya, ketika sang surya baru saja terbit di ufuk timur, bangunlah La Galigo bersepupu langsung membasuh muka lalu menenangkan perasaan hatinya sambil makan sirih. Diarahkanlah pandangan matanya ke atas pelaminan yang diduduki I Da’batangeng, maka iapun terkejut karena tidak dilihatnya bayangan sepupunya Punna LipuE Cina Rilau. Ia lalu bertanya:
Pada keesokan paginya, ketika sang surya baru saja terbit di ufuk timur, bangunlah La Galigo bersepupu langsung membasuh muka lalu menenangkan perasaan hatinya sambil makan sirih. Diarahkanlah pandangan matanya ke atas pelaminan yang diduduki I Da’batangeng, maka iapun terkejut karena tidak dilihatnya bayangan sepupunya Punna LipuE Cina Rilau. Ia lalu bertanya:
“Kemanakah gerangan adindaku I Da’batangeng?”
Lalu dijawab oleh La Pallajareng :
“Adik kita I Da’batangeng telah kembali ke kampung halamannya di Cina Rilau pada larut malam.”
“Adik kita I Da’batangeng telah kembali ke kampung halamannya di Cina Rilau pada larut malam.”
Maka bergegaslah I La Galigo menyusul
kepergian adik sepupunya sampai ke Cina Rilau. Turut serta segenap anak
datu yang tujuh puluh orang itu.
Berkatalah La Makkasau:
“Maafkalah pamanda wahai ananda Galigo. Kembalilah ke Latanete, agar ayahandamu mengajukan pinangan resmi atas sepupumu I Da’batangeng. Barulah kita ramaikan perjodohanmu.”
“Maafkalah pamanda wahai ananda Galigo. Kembalilah ke Latanete, agar ayahandamu mengajukan pinangan resmi atas sepupumu I Da’batangeng. Barulah kita ramaikan perjodohanmu.”
Dibalaslah oleh Galigo:
“Perkenankalah ananda untuk tidak kembali lagi ke Latanete. Biarkanlah ananda tinggal di singgasana kediaman adinda I Da’batangeng, sementara menantikan kedatangan duta/utusan resmi dari ayahanda Opunna Ware. Nantilah di sini, di atas singgasanamu hamba mempersiapkan diri untuk menikah serta bersanding dengan adinda I Da’batangeng.”
“Perkenankalah ananda untuk tidak kembali lagi ke Latanete. Biarkanlah ananda tinggal di singgasana kediaman adinda I Da’batangeng, sementara menantikan kedatangan duta/utusan resmi dari ayahanda Opunna Ware. Nantilah di sini, di atas singgasanamu hamba mempersiapkan diri untuk menikah serta bersanding dengan adinda I Da’batangeng.”
Silih berganti paman-paman I La Galigo
dating menasehatinya. Namun semuanya sia-sia. I La Galigo tidak sudi
lagi mendengarkan petuah ataupun kata-kata lembut dan bujuk rayu.
Bingunglah pikiran Sawerigading mengingat tindakan putranya yang
terlanjur itu.
Maka diantarkanlah kepada I La Galigo
pakaian pengantinnya di Cina Rilau. Di sana pulalah, di istana kediaman I
Da’batangeng, La Galigo mempersiapkan diri untuk menikah. Maka ia pun
duduk bersanding dengan sepupunya di atas pelaminan.
Syahdan, maka tiga bulan lamanya setelah
ia kawin, maka hamillah I Da’batangeng. Jabang bayi dalam kandungan. I
Da’batangeng ketagihan pada penyelenggaraan tradisi leluhur di Ale Luwu.
Namun sang dukun tidak segera menyelenggarakan, sehingga jabang bayi
itu gaib bersamaan dengan datangnya petir dan kilat yang
sambung-menyambung. Jabang bayipun terdampar di Sao Kutt Pareppa’E,
istana kediaman Baginda Ratu We Tenriabeng di Pettala Langit.
Di sanalah di Pettala langit
diselenggarakan upacara selamatannya. Bayi itupun diberi nama Aji Laide I
Lasangiyang. Setelah diselenggarakan upacaranya di Petala Langit,
barulah ia dikirim di ke ujung langit, menjadi ana asuh Baginda Talettu
Sompa yang berjodoh dengan Apung Manngenre’ ri Sawangmega, sebab baginda
itu orang mandul. Beliau adalah sudara Batara Guru Sang Manurung di Ale
Luwu.
Sumber : Dian Cahyadi
0 komentar:
Post a Comment